Poker Terpercaya - Malam hari ini dan seterusnya di rumah besar dengan arsitektur kuno ini akan berubah total. Bukan karena aku baru saja mengganti skema kertas dinding dari motif yang awalnya kotak-kotak dengan model klasik penuh ukiran berlandaskan seni berwarna cokelat gelap. Bukan pula karena beberapa waktu yang lalu aku baru saja membeli beberapa perabot rumah.

Yang sempat membuat bulatan angka nol di rekening tabunganku semakin hilang bergulir dari layar atm ketika aku memeriksa jumlah saldo tabunganku. Tapi mulai sekarang rumah ini akan terasa berbeda karena Mama sudah tidak ada. Mama sudah lama menderita penyakit kanker dan aku tahu betul betapa tahun demi tahun berlalu dengan dirinya yang terus bertahan bergelut dengan penyakitnya itu. 


dewa54.com


Poker Online - Pesan mendiang Papa untuk Mama di penghujung hayatnya-lah yang menguatkan hati Mama untuk tetap teguh bertahan. Itulah pesan Papa kepada Mama yang berlinang air mata tidak rela beberapa tahun silam. Dan tidak terpaut lama beberapa bulan setelah aku akhirnya menikah dengan Andika suamiku, Mama menghela nafas terakhirnya.

Dan untuk beberapa malam ini mataku seolah tidak mau menutup walau pun rasa kantukku sudah menjadi-jadi. Entah apa yang terjadi. Seingatku malam itu sekitar pukul 01.00 dini hari. Aku yang masih terjaga di atas tempat tidurku merasa kehausan. Suamiku terbaring nyenyak disampingku. Aku pun kemudian turun ke lantai satu rumah kami.

Dan aku pun menuju dapur untuk menenggak air mineral dingin yang ku simpan di dalam kulkas. Untuk berjaga-jaga agar aku tidak mondar-mandir naik turun aku membawa botol air mineral itu keatas bersama satu gelas. Perlahan kunaiki satu demi satu anak tangga menuju lantai atas.

Kamarku berada di ujung sayap selatan. Di mana untuk kembali kesana, aku harus menyusuri satu lorong koridor yang tidak terlalu panjang. Tepat di ujungnya ada sebuah cermin tua peninggalan keluarga yang terpampang tegap di muka dekat pintu masuk kamarku. Tidak ada yang menimbulkan kecurigaan pada awalnya dan kususuri inci demi inci koridor hingga sampailah aku di depan pintu.

Ketika aku hendak masuk ke kamar tidurku, aku melihat satu bercak abu-abu basah di permukaan cermin tersebut. Kuperhatikan dengan seksama sembari mengarahkan seka kain lengan piyama yang kukenakan untuk membersihkannya. Nodanya masih basah. Noda itu adalah noda lumpur yang entah kenapa bisa berada disana.

Agen Poker - Sekilas kudengar satu suara tangis seorang wanita. Aku menoleh ke kanan dan ke kiri tapi tidak bisa menemukan apapun. Dalam keadaan koridor yang gelap itu, aku mencoba mempertahankan kewarasanku. Tiba-tiba mataku tertuju kepada satu refleksi yang ada dibalik cermin tadi. Ada sebuah sosok wanita yang tampak dari belakang.

Dia telanjang dan tubuhnya berlumuran lumpur. Dia terus menangis terisak kemudian menolehkan wajahnya menatapku. Dia menatapku dengan matanya yang berkaca dan tenggorokan yang tersayat mengeluarkan alir darah segar. Gelas dan botol air mineral yang tadi kubawa seketika terjatuh lebur membentur lantai karena tanganku yang melemas karena munculnya sosok hantu wanita berlumur lumpur itu.

Diriku jatuh terduduk dan mengais lantai, mendorong tubuhku kebelakang.

“Kamu siapaa? Kamu siapa?”

Teriakku histeris sembari menutup rapat kedua mataku dengan telapak tangan. Suamiku yang terkejut karena teriakkanku terbangun dan segera keluar dari kamar tidur dan menghidupkan lampu koridor.

“Ada apa sayang? Kamu kenapa?” Tanya suamiku yang baru saja terbangun dari tidurnya

“Tadi ada seorang wanita di dalam kaca itu” pekikku meraih rengkuh peluk suamiku dengan ketakutan.

“Tenang sayang, tidak ada apa apa disana… coba lihat, tidak ada apa apa di cermin itu”

Suamiku berusaha menenangkanku yang sedang begidik ketakutan. Aku memberanikan untuk membuka kedua mataku dan memandang kembali cermin tersebut dan tidak ada apa pun. Sosok hantu wanita berlumur lumpur itu seolah hilang ditelan angin. Insomnia yang kualami terus berlanjut selama beberapa hari.

Dan beberapa waktu sosok hantu wanita yang berlumur lumpur itu terus saja kembali menghantui hari-hariku dengan menampakkan sosoknya yang menyeramkan di balik kaca cermin tersebut. Hingga akhirnya aku dan suamiku memutuskan untuk menemui konsultan psikologi untuk mencari solusi atas permasalahan yang kualami baru-baru ini.

Psikiatri tersebut adalah seorang wanita cantik bernama Stella. Dia cukup berpengalaman dalam menangani beberapa orang yang mengalami halusinasi serta gejala kegelisahan yang merupakan hal paling mungkin sedang terjadi kepadaku saat ini.

“Yang paling aku khawatirkan adalah kejadian itu akan terus menerus terjadi sepanjang hidupku” Aku memulai penuturanku kepada Stella setelah beberapa waktu aku menjelaskan tentang permasalahanku

“Sepertinya bukan itu hal yang perlu di khawatirkan Nyonya, anda sedang stress dan memiliki banyak permasalahan pelik sekarang. Ibu anda baru saja meninggal dan anda tidak tidur dengan cukup” Stella menjelaskan lebih lanjut tentang kekhawatiranku itu.

“Lalu bagaimana tentang cermin itu? Kenapa aku terus melihat sosok hantu wanita disana? bagaimana kamu menjelaskan tentang itu? Kenapa dia hanya muncul disana?” Timpalku kepadanya. Stella terdiam sejenak mendengar perkataanku.

“Bagaimana kalau kita singkirkan saja cermin itu?” kata suamiku memecah diam kami berdua. Aku mengangguk setuju pada ide itu.

“Dengar Nyonya bukan cerminnya yang menjadi masalah sebenarnya disini. Anda perlu menenangkan diri agar halusinasi anda berangsur hilang. Menyingkirkannya tidak akan menyelesaikan masalah apapun… Sebaiknya anda pulang untuk beristirahat dan besok kita akan bicarakan lagi tentang hal ini” ucap Stella menambahi sekaligus mengakhiri sesi konsultasi kami sore itu.

Malam telah larut. Dan insomniaku mulai kambuh kembali. Aku hampir tidak sanggup untuk mengatur rumitnya hal yang berada di kepalaku malam itu. Aku mencoba untuk mengikuti petunjuk konsultan psikologi yang kutemui tadi sore agar aku menjadi lebih berani untuk menghadapi halusinasiku tentang hantu wanita itu sendiri.

Suamiku juga telah diberi arahan untuk membantu agar aku lebih berani untuk melakukan hal itu. Andika, suamiku telah lebih dulu berada di kamar tidur dan kemudian dia memanggilku untuk menuju kamar tidur kami.

Aku mematikan semua lampu di lantai satu dan kemudian menyusuri koridor lantai dua menuju kamar tidur dengan sedikit tergesa. Saat memasuki kamar tidur dan hendak mengganti bajuku dengan piyama, suamiku berkata: Sayang engkau lupa mematikan lampu koridor. Kamu ingin aku yang mematikannya?

Kami berdua tahu saklar lampu koridor berada tepat disamping cermin yang merupakan tempat munculnya hantu wanita berlumur lumpur tersebut. Aku tahu kalau suamiku mencoba untuk memotivasiku agar lebih berani menghadapi halusinasiku dengan menyuruhku mematikan lampu koridor.

Aku pun mengiyakan dan segera menuju tempat saklar lampu tersebut untuk mematikan lampu. Aku masih memalingkan wajahku menghindari refleksi cermin itu setelah mematikan lampu. kuhela nafas dalam-dalam. Aku bisa merasakan degub jantungku yang kencang berdetak secara memburu.

Aku terus mengatakan dengan keras dalam hati “Kamu lebih kuat, kamu lebih berani!” sampai kemudian sedikit demi sedikit kulayangkan pandanganku menuju ke cermin itu. Mataku terbelalak karena ada sosok hantu wanita itu malah tampak sedang berdiri tegap disana dengan tangisan pilu di wajahnya.

Dia menyentuh bagian luka sayatan di tenggorokannya sembari bergumam tanpa bisa kudengar dengan jelas. Suamiku yang tengah berada dikamar dengan cepat menghampiri dan memelukku yang tengah ketakutan setengah mati. Hari berganti hari, ketakutanku akan kemuculan sosok hantu wanita itu semakin besar.

Agen Judi - Hingga akhirnya terjadi sebuah peristiwa di suatu malam yang takkan pernah kulupakan seumur hidupku. Malam itu dan hujan yang turun sangat deras tepat pukul 23.00 aku yang sedang menerima telepon dengan gelisah dari suamiku. Pada awalnya aku merasa lega karena suamiku pada akhirnya meneleponku untuk memberi kabar.

Melihat cuaca yang sangat beringas di luar tapi kemudian kelegaanku berubah menjadi sebuah rasa gelisah karena suamiku mengatakan kalau dirinya tidak bisa pulang malam itu. Secara otomatis aku akan berada dirumah sendirian dengan ketakutanku pada sosok hantu wanita yang kerap muncul di kaca belakangan ini.

“Engkau tidak apa apa kan sendirian dirumah?” tanya suamiku sedikit khawatir dengan keadaanku. Aku tahu dia masih tidak tega meninggalkanku sendiri di rumah dengan banyak kejadian aneh yang kualami baru-baru ini.

“Tidak apa sayang, aku akan tidur dengan lampu yang menyala” ungkapku mengatakan kepadanya agar tidak khawatir.

Tanganku tremor dan bergetar dengan sejadi-jadinya. Kuputuskan untuk mengambil sebuah kain lebar menuju ke cermin tersebut dan kemudian menutupinya dengan kain itu. Setidaknya aku tidak akan melihatnya muncul dibalik cermin ini, pikirku dalam hati. Malam semakin larut dan hujan badai membuatku sedikit terlena dengan lembutnya kasur di tempat tidurku. Hingga kemudian…

PRAAAAANG….

Seketika aku terjaga dari tempat tidurku. Aku mendengar bunyi kaca yang pecah. Setidaknya ada beberapa skenario mengerikan yang telah kupikirkan setelah mendengar bunyi itu. Aku pun kemudian memberanikan diri untuk mendekati pintu keluar kamar tidurku. Sembari mengendap-endap kubuka pintu kamar sedikit dan kuintip keadaan cermin yang menggantung disana.

Cermin itu masih utuh dengan selembar kain lebar yang menutupinya. Tapi aku mendengar suara berisik lain yang berasal dari lantai bawah. Kuberanikan diri untuk keluar menyusuri tangga dan memeriksa apa yang terjadi. Keadaan masih sunyi dengan lampu lantai bawah yang telah padam. Tiada kejanggalan apapun yang tampak.

Aku pun kemudian beranjak kembali menuju kamar tidur, menyusuri koridor sampai berada tepat berada di depan cermin yang tertutup kain tersebut sampai tiba-tiba seseorang membekapku dari belakang. Sosok lelaki berbadan besar tersebut membekapku dari belakang. Aku meronta sejadi-jadinya berusaha untuk melepaskan diri dari cengkeramannya.

Entah siapa gerangan orang tersebut. Mungkin dia adalah seorang perampok atau penjahat yang ingin mencuri benda berharga dirumahku. Dalam keadaanku yang tidak berdaya melawan badan lelaki besar itu secara tidak sengaja kakiku menyeruak kain penutup cermin yang ada dihadapanku sehingga cermin di depan kamarku itu benar-benar terbuka.

Suatu hal yang mengerikan pun terjadi. Aku bisa melihat sosok lelaki besar yang mencengkeramku dari belakang lewat refleksi kaca cermin tersebut. Tapi wanita yang dibekapnya dari belakang bukanlah aku tapi adalah hantu wanita berlumur lumpur dengan sayatan di leher yang sering menghantuiku beberapa hari belakangan ini.

Sontak lelaki berbadan besar yang menyekapku tersebut berteriak ketakutan ketika melihat refleksi hantu wanita tersebut menggantikanku dikaca cermin tersebut. Lelaki itu kemudian tersungkur mundur dan berlari sampai akhirnya jatuh terjun dari lantai dua kelantai bawah. Badannya menghujam keras hingga membuatnya tidak sadarkan diri.

Aku yang masih di liputi rasa takut bergegas berlari keluar dan meminta bantuan. Setelah itu ada beberapa pihak kepolisian datang tidak lama setelah beberapa tetangga yang kumintai tolong menelepon mereka. Diringkuslah lelaki berbadan besar yang ternyata merupakan seorang perampok dengan catatan pembunuhan kejam.

Pihak kepolisian telah lama mencari orang ini dengan beberapa kasus pemerkosaan dan pembunuhan di beberapa lingkungan setempat. Besoknya beredar sebuah surat kabar lokal yang memberitakan kisah tertangkapnya perampok dan pembunuh yang tadi malam. Aku penasaran dengan kisahnya hingga sampailah aku pada halaman berisi sebuah foto-foto korban dari lelaki tersebut.

Ada satu wajah familiar yang ada dalam ingatan. Satu wanita cantik yang fotonya terpampang di surat kabar tersebut kuingat sebagai sosok hantu wanita berlumur lumpur yang muncul di cermin koridor rumahku. Entah apa yang sebenarnya terjadi. Tidak ada penjelasan memuaskan pada fenomena ini.

Semenjak itu pun sosok hantu wanita berlumur lumpur dengan luka sayatan ditenggorokannya itu tidak pernah muncul kembali di refleksi kaca cermin di rumahku. Mungkin dia sebenarnya baik dan hanya ingin menolongku agar selamat dari lelaki jahat tersebut.